Gayus, sang seniman suap !

Jumat, 26 November 2010


Konon kabarnya, di negeri jauh di seberang sana, ada seorang pahlawan yang dipuja-puji dalam waktu lama karena berkat kiprahnyalah semua warga jadi tahu bahwa korupsi yang sedang dimusuhi  dan sedang mereka perangi ternyata bisa gagal dan mengalami jalan buntu. Bukan karena tidak jelasnya hukum yang ada. Bukan pula karena tiadanya lembaga-lembaga peradilan melainkan karena yang akan diadili itu merupakan sosok pemegang kunci rahasia dari banyak petinggi negeri itu. Sehingga seperti kata pepatah "menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri" . Orang yang demikian penting itu bernama GAYUS, Gerakan Amat Yakin Uang Suap. Gerakan suap yang dilakukannya menyebar ke banyak orang dari hakim, jaksa, polisi dan entah siapa lagi persis kanker yang sudah bermetastasis ke seluruh jaringan tubuh. Sehingga para dokter pun bingung entah  bagian tubuh mana yang harus diamputasi. Seperti buah simalakama : dimakan ibu mati, tak dimakan ayah yang mati. Nah, suasana ewuh pakewuh karena mentalitas TST (Tahu Sama Tahu) dan ABS (Asal Bapak Senang) inilah yang menyelimuti kehidupan di negeri itu. Dan Gayus pun senyum-senyum penuh kemenangan karena memborbardir dirinya dengan segala macam ancaman berarti menyulut terjadinya huru-hara yang bisa melahirkan eskalasi sosial yang akan mengganggu stabilitas nasional karena akan menyeret dan melibatkan orang-orang besar. 





resiko memusuhi koruptor


Apa yang sekarang terjadi sungguh menyakitkan. Karena Gayus adalah cerminan mentalitas budaya pangreh praja di mana para petinggi dan penguasa negeri ini merasa berhak dilayani dan menikmati segala macam fasilitas, termasuk menikmati sesuatu yang bukan haknya. Jabatan-jabatan politis demikian menggiurkan dan dianggap merupakan jalan pintas menuju kekayaan hingga untuk mendapatkannya orang terjebak pada sikap menghalalkan segala cara, bermain money politics, melakukan kebohongan publik, menyebarkan berita dan cerita fiktif untuk menjatuhkan lawan serta berbagai cara-cara kotor lainnya. "Politik itu memang kotor bro," begitu kilah mereka, "kalau mau aktif di politik, jangan bawa-bawa agama, gak bakalan nyambung tuh !"  sambung mereka, meyakinkan. Astagfirullah.... Mendengar ini pastilah para syetan bersorai sorai karena manusia bisa lebih syetan dari pada mereka. Dan mungkin mereka nanti akan berdo'a, "Ya Allah, sudahlah, matikan saja kami. Karena sekarang ini semua peran kami telah diambil manusia. Bahkan sekarang kamilah yang merasa khawatir tergoda mereka." Nah, lho...
Bukanlah suatu kebetulan jika kasus Gayus ini merupakan cerita lanjutan dari tragedi Wasior, tsunami Mentawai dan amukan Merapi. Tapi ironisnya, beberapa jam sebelum letusan Merapi, belasan orang anggota Komisi VIII DPR (agama, pendidikan, kesehatan dan penanganan bencana) pergi ke Mekkah. Dalihnya sih untuk  mengawasi pelaksanaan ibadah haji.  Dan ketika Merapi sudah memakan korban 100 orang tewas, rombongan kedua DPR pun berangkat pula ke sana, lengkap dengan para pendamping dan sanak keluarga. Demikian pula ketika Mentawai sedang dalam keadaan gawat, Irwan Prayitno, gubernur Sumsel pergi berseminar ke Jerman, dan bupatinya sedang rehat di Padang. Di luar negeri sana tindakan para pejabat seperti ini bisa dinilai sebagai crime of omission (kejahatan karena pengabaian).  Begitu pula dengan kasus lumpur Lapindo yang terjadi sejak Mei 2006, dan sampai sekarang belum ada penyelesaian yang tuntas baik dari Lapindo maupun pemerintah. Bandingkanlah dengan sikap Obama yang terus ngotot mendesak British Petroleum (BP) agar memberikan ganti rugi karena semburan minyak dari dasar teluk Meksiko mengancam ekosistem dan merugikan masyarakat Amerika sampai akhirnya BP mau membayar puluhan miliar dolar. Tetapi di negeri  Gayus inilah orang-orang yang bersalah malahan mendapatkan jabatan penting. Para preman sekarang banyak yang menjadi pemimpin umat.  Negeri ini telah menjadi negeri barbar yang dikuasai para mafia. Pantaslah jika beberapa orang pakar menilai negeri antah berantah itu sudah masuk salah satu negara gagal di dunia, dan jika tak segera ada tindakan ekstrim malah akan menjadi negara bangkrut. Sungguh kasihan rakyat ini. Mereka dipimpin oleh orang-orang yang tidak bisa berfikir melainkan hanya untuk memperkaya diri sendiri atau kelompoknya. Sekali lagi, para syetan pun bersorak sorai kegirangan. Aroma busuk menyebar kemana-mana...!
Dan sekarang negeri antah berantah itu sedang dirundung malang karena selama rezim ini berkuasa, sejak 2004 sampai 2009, telah terjadi 400 bencana alam dan kemanusiaan. Dan betapa mengerikan ketika kita tak sadar bahwa sebagian  bencana itu terjadi karena faktor kesengajaan. Menurut Walhi, longsor dan banjir lebih diakibatkan oleh ulah manusia melalui tindakan deforestasi dalam bentuk perusakan hutan dan illegal loging. Coba saja perhatikan, negeri itu semula memiliki hutan tropis seluas 143,7 juta hektar atau sekitar 76% luas daratan yang ada. Dan menurut laporan Badan Planologi Kementerian Kehutanan tahun 2003, kerusakan hutan ditaksir sudah mencapai 101,79 juta hektar dengan laju pertumbuhan kerusakan sekitar 3,8 juta hektar per tahun (Eksekutif, No. 304/Desember 2004 : "Emas Hijau di Ujung Waktu). Dan pulau Jawa yang luas daratannya 13 juta hektar hanya memiliki 1,9 juta hektar tutupan hutan. Artinya, hanya 6,8% tanah pulau Jawa yang dirimbuni dedaunan, selebihnya telanjang bulat hingga akan mudah diterjang banjir atau longsor. Para perusak dan penikmat hasil-hasil hutanlah sebenarnya kaum teroris. Mereka tak perduli lagi akan masa depan bangsa dan rakyat negeri ini. Sungguh biadab, karena kerakusan mereka masa depan anak cucu cicit kita dikorbankan. Masa depan bumi pun digadaikan. Para syetan pun memberikan applause lebih meriah... !
Bencana kemanusiaan pun tak kunjung berhenti. Penegakan hukum yang pincang dan lebih banyak diberlakukan bagi masyarakat kecil, korupsi yang kian menjadi-jadi dan melibatkan orang-orang yang seharusnya memberikan keteladanan, menandakan para petinggi negeri ini telah banyak yang kehilangan nurani. Berbeda dengan kasus terorisme yang bisa diusut tuntas dalam waktu yang amat cepat (karena sebagian besar adalah cuma rekayasa untuk menghancurkan gerakan-gerakan dakwah seperti yang diinginkan bos besar Amerika), maka kasus Gayus terkesan lambat, bertele-tele dan sungguh tidak proporsional karena di dalamnya melibatkan banyak orang penting. Pertaruhannya apa lagi kalau bukan mempertahankan status quo atau kekuasaan yang bisa menjamin kemakmuran materi tetap dapat dinikmati. Bencana kemanusiaan terjadi ketika kebenaran dianggap salah, ketidakadilan merajalela, hukum menjadi perangkat penindas rakyat, dan orang berlomba-lomba berebut jabatan sehingga nilai-nilai etika, moral dan agama menjadi terpinggirkan dalam kehidupan berbudaya, berbangsa dan bernegara. Entah bencana apa lagi yang akan menimpa.
Aku terkejut dan sungguh terkesima, jangan-jangan Gayus itu berjumlah jutaan, dan mungkin kita sendiri termasuk salah satunya. Ya Allah, ampunilah segala ketololanku. Berilah bimbingan dan petunjuk agar masa depan negeri ini kembali ditangani oleh orang-orang yang tahan uji, sabar, beriman, bertakwa dan punya keberanian untuk berkata tidak pada saat semua orang mengatakan iya.  Dan aku yakin hal itu pasti terwujud hingga bangsaku kembali menjadi bangsa yang bermartabat dan memiliki harga diri. Amin ya Rab al 'alamin.... 

1 komentar:

Anonim mengatakan...

thanks ya infonya !!!

www.bisnistiket.co.id

Posting Komentar

 
 
 

lihat iklan, dapat duit !

 
Copyright © Sukses Dunia-Akhirat | Using Amoebaneo Theme | Bloggerized by Themescook | Redesign by Kang eNeS
Home | TOP