Gadis kecil itu bernama Qisty Fataya Silmi

Selasa, 12 Oktober 2010


Sepuluh tahun yang lewat, saudaraku memintaku memberikan nama untuk anak keduanya, kebetulan perempuan, dan kuberikanlah nama Qisty Fataya Silmi : seorang anak yang diharapkan senantiasa bisa bersikap adil, jujur, berjiwa optimis dan siap menyebarkan salam. Nama yang menggambarkan harapan dan sekaligus do'anya kepada Allah yang maha rahman.
Anak itu dibesarkan dalam limpahan kasih sayang ayah-ibunya dan berkembang menjadi anak yang periang, sedikit tomboy, hobi bermain sepeda, dan baru-baru ini mulai bisa mengendarai motor, suka memberi, setia kawan, dan mulai menunjukkan kesalehannya : rajin ke mesjid berjamaah shalat, mengikuti pengajian, dan bahkan sejak tiga bulan lalu tidak pernah tertinggal berjamaah shalat subuh. Bahkan dia pun rajin mengumpulkan plastik-plastik bekas minuman dan kardus. Katanya, "aku mau berinfak kepada pemulung. Barang-barang ini akan kuberikan kepada mereka,"  Sungguh, sebagai anak gadis yang baru berusia sepuluh tahun dan baru duduk di kelas empat (4) Madrasah Ibtidaiyah Ibaadurrahman Tegallega, keinginannya untuk bisa memberi kepada orang lain merupakan fikiran cemerlang yang di lingkungan orang dewasa pun jarang ada. Subhaanallah, anak kecil ini sudah ingin berbuat sesuatu untuk orang lain. Dan aku yakin, ayah dan ibunya akan selalu mengenangnya dengan penuh kecintaan dan kebanggaan.


Tapi untung tak dapat diraih dan malang tak dapat ditolak. Takdir Allah menetapkan Qisty yang baik hati ini meninggal dunia pada hari ahad, tanggal sepuluh oktober 2010 (10-10-'10), bukan karena sakit, tetapi tenggelam di kali Cipelang, setelah berkumpul dengan teman-temannya, masak dan botram, karena besok pagi sekolahnya akan melaksanakan kegiatan ujian tengah semester, karena itu di pagi hari ia mengambil ikan gurame dari kolam ayahnya demi menyenangkan hati teman-temannya supaya mereka bisa makan besar. Seusai makan mereka bermain-main di tepian kali, dan di situlah musibah ini terjadi. Qisty yang berusaha meraih sandalnya yang hanyut, terpeleset dan kepalanya membentur batu, ia pun tercebur, lalu tenggelam, dan baru ditemukan dua jam kemudian dalam keadaan sudah meninggal.
Entah apa yang terjadi saat itu.. Mungkin Qisty berteriak-teriak, "mamah, bapa, tolong aku. Dadaku terasa sesak. Aku tak bisa bernafas. Mah.. pa.. tolonglah aku !" tapi tak ada suara yang keluar dari mulut kecilnya karena air sudah mulai memenuhi rongga dada dan paru-parunya Ia pun tenggelam dan terseret air. Ya Allah, betapa kematian demikian penuh misteri. Betapa tak bisa kita menduga sedikit pun dengan cara bagaimana, kapan dan di mana kita akan mati. Betapa tak berdayanya kita di hadapn-Nya... Tapi aku yakin, pada saat kerongkongan tersekat tak bisa berteriak; pada saat ia butuh pertolongan, malaikat Izrail datang dengan penuh kelembutan, memapahnya, dan memangku ruhnya kembali kepada Allah, sang pemilik sejatinya. Aku yakin Allah mencintainya hingga ia meninggal dalam usia sekecil itu. Dia menyambutnya dengan penuh kemuliaan dan kehangatan. Dan aku yakin dia pasti berbahagia di sana.
Berbahagialah ayah dan ibu Qisty. Kalian berdua telah memiliki buah hati yang demikian soleh, baik hati, dan suka memberi.  Dan di akhirat kelak, Qisty akan berlari dari pintu surga menyongsong kalian berdua untuk bersama-sama masuk ke dalamnya. Dan engkau Qisty, mungkin sekarang kau sedang dalam pelukan Rasulullah, bercengkerama dengan putera-putera beliau, Ibrahim dan Qasim, yang juga meninggal dalam usia anak-anak, karena kau rajin mengaji dan tak pernah ketinggalan shalat berjamaah subuh.
Selamat jalan, wahai Qisty. Ayah dan ibumu akan selalu mengenangmu dengan penuh rasa syukur karena kau telah tumbuh menjadi anak yang baik hati seperti kami yang akan selalu mengenangmu. Engkau akan tetap hidup dalam kenangan kami, selamanya . . .   

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 

lihat iklan, dapat duit !

 
Copyright © Sukses Dunia-Akhirat | Using Amoebaneo Theme | Bloggerized by Themescook | Redesign by Kang eNeS
Home | TOP