manusia bisa berubah !

Rabu, 07 April 2010

Inilah keajaiban makhluk yang bernama manusia. Pengalaman-pengalaman spesifik yang dialaminya bisa merubah jalan hidupnya. Ada beberapa orang mantan preman yang saya kenal, telah banyak melakukan kesalahan dan kejahatan di waktu mudanya, tetapi kemudian berubah menjadi orang yang soleh. Perubahan itu demikian tak terduga. Bisa pada saat mereka kaya, punya jabatan dan memiliki banyak koneksi, atau malah ketika terpuruk dan dirundung banyak musibah. Dan ketika hidayah Allah datang mengetuk pintu hati mereka, dan mereka welcome menerimanya, perubahan drastis pun terjadilah. Jadilah mereka orang-orang baru yang sungguh berbeda dengan masa lalunya. Perubahan itu kadang tak masuk akal, dan tak sedikit menyisakan ribuan pertanyaan. Tetapi itulah, kuasa Allah kadang tak bisa diprediksi. Akal kita menjadi demikian terbatas memahami realitas yang terjadi. Manusia ternyata memang penuh misteri...

Dalam sejarah, kejadian seperti itu kerap dialami banyak manusia, bahkan oleh orang yang kemudian dikenal luas sebagai orang-orang besar. Contohnya adalah Malik bin Dinar.. Sebelumnya dia dikenal sebagai polisi pasar, jago pukul dan tukang berkelahi. Para pencuri paling takut kalau tertangkap olehnya. Salah satu kebiasaan buruknya adalah minum sampai teler. Dan itu dilakukannya sepulang kerja. Terus-menerus setiap hari, selama bertahun-tahun. Sampai kemudian isterinya melahirkan seorang puteri yang dia beri nama Fatimah. Dan karena ia sudah piatu sejak masih bayi, Fatimah mendapatkan limpahan kasih sayang yang amat besar dari ayahnya. Perangai sang ayah mulai berubah menjadi lebih sabaran dan santun. Meski kebiasaan telernya belum hilang. Dia berhenti minum ketika Fatimah yang  kira-kira berusia lima tahun selalu menumpahkan gelas atau botol minumannya ketika ayahnya siap-siap mulai dengan aksinya. Begitu yang dilakukan Fatimah tiap kali ayahnya mau minum, hingga akhirnya berhentilah dia dari kebiasaan buruknya itu. Tetapi tak lama kemudian Fatimah jatuh sakit dan meninggal dunia. Malik bin Dinar merasa amat terpukul. Hilanglah sudah tumpuan dan harapan hidupnya. Jiwanya merasakan kehampaan. Perih dan pilu. Matanya
nanar memandangi rumahnya yang kini sepi dari tawa dan canda Fatimah. Tak ada lagi anak yang selalu menyongsong kedatangannya, memeluk dan menciumnya. Rasa lelah kerja seharian sirna begitu saja ketika dia menyaksikan senyum merekah dari sang anak. Dan sekarang, semua itu, tak ada lagi. Dia merasakan kesepian luar biasa dan sebatang kara. Dan tiba-tiba amarah pun meledak..
"ya Allah, Engkau tidak adil. Engkau tidak berbelas kasih. Engkau telah bersikap kejam kepadaku," teriak Malik bin Dinar, "mengapa kau ambil anakku padahal dialah satu-satunya penghiburku, tumpuan kasih dan harapan hidupku,"  dia mulai meradang,  "saksikanlah, ya Allah, karena kau berlaku kejam kepadaku, maka sejak saat ini, aku tak sudi lagi taat kepada-Mu. Apa yang Kau larang, akan aku langgar !"
Maka kembalilah Malik bin Dinar ke kebiasaan terdahulunya : mabuk abizz, dengan intensitas yang kian meningkat. Kalau dulu hanya sepulang kerja, sekarang ia melakukannya hampir setiap waktu. Sampailah pada suatu malam, dalam keadaan mabuk berat, ia jatuh tertidur. Dan dalam tidurnya ia bermimpi dikejar-kejar ular yang amat besar. Kemana pun dia lari, ular itu terus saja mengejarnya. Maka berlarilah ia sekuat tenaga menuruni sebuah lembah, ular itu masih terus mengejarnya, dilihatnya seorang kakek sedang berjalan menggunakan tongkat,
"kek, tolonglah. Ular itu dari tadi mengejarku. Tolonglah saya," pinta Malik bin Dinar
"ah boro-boro nolong kamu, untuk berjalan saja aku sudah pakai tongkat," jawab si kakek, "kalau mau minta tolong, naik saja tuh ke atas bukit, di sana ada sebuah istana,"
Maka Malik bin Dinar pun berlari naik, mendaki bukit, napasnya sudah makin tersengal-sengal. Dilihatnya sebuah istana megah. Dia mengencangkan larinya karena ular itu kian dekat. Begitu sampai, dia gedor- gedor pintu istana itu sekuat tenaga, lalu pintu itu pun terbuka, dan dia melihat di dalamnya anak-anak kecil sedang berkumpul,
"Fatimah, fatimah !"  teriak anak-anak itu, "di sini ada ayahmu". Malik bin Dinar terpana. Dilihatnya Fatimah, anaknya yang sudah meninggal itu, berlari menyongsongnya. Dipeluklah sang ayah. Dengan lembut keringat yang mengucur di kepalanya diusapnya. Lalu dia pun terjaga... Malik bin Dinar tercenung, hatinya gundah, apa sesungguhnya arti mimpiku ini, gumamnya. Lalu subuh itu, di luar kebiasaannya, dia pun bergegas pergi ke mesjid. Ia ingin bertemu seorang ulama terkenal, seorang tabi'in, imam Hasan Bashri. Ia akan mencerita
kan mimpinya dan memohon nasihatnya.
"mimpi itu sesungguhnya bercerita tentang siapa kau sebenarnya," kata Hasan Bashri, "ular besar yang terus mengejarmu kemana pun kau lari merupakan gambaran dari dosa-dosamu. Dosamu demikian besar ! sedangkan kakek-kakek yang kau mintai pertolongan adalah gambaran dari kebaikanmu. Amal solehmu demikian sedikit. Tak akan mampu menolongmu dari akibat dosa-dosamu itu. Istana yang kau temukan adalah gambaran kasih sayangmu pada anakmu. Dan Allah menghargainya."
Malik bin Dinar menangis. Dia bersujud, "ya Allah, maafkanlah hambamu yang tolol ini. Aku telah banyak berbuat dosa. Jika bukan Engkau yang memaafkanku, kepada siapa lagi aku harus memohon. Engkau maha penyayang. Sungguh aku merindukan maaf-Mu."
Sejak saat itu, berubahlah Malik bin Dinar menjadi manusia baru yang tekun beribadah, rajin menuntut ilmu, selalu beramal soleh, senang menghadiri majelis-majelis ilmu. Dan ketika Hasan Bashri wafat, dia pun lalu tampil menjadi ulama penggantinya.
Nah, para sahabat, kisah ini pernah aku baca mungkin sekitar 20 tahun yang lalu, yang aku lupa judul buku dan penulisnya. Pelajaran penting yang bisa kita ambil dari kisah ini kira-kira adalah  1. Sebagai manusia, kita tak boleh memvonis seseorang sebagai calon penghuni neraka karena melihat perbuatan jahat dan dosa-dosanya. Siapa tahu, suatu saat dia sadar dan kembali ke pangkuan Allah. Dan ketika seseorang sudah berubah, janganlah kita mengungkit-ungkit keburukan masa lalunya. Masa lalu bukan potensi seseorang !
2. Bagi orang yang bergelimang dosa, jalan kembali kepada Allah selalu terbuka lebar, "janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosa seluruhnya." QS [39] Azzumar : 53. Jika kita berbuat dosa, lalu bertobat, niscaya Allah akan memaafkan kita.
3. Tapi wanti-wanti, kisah di atas jangan disimpulkan salah : kalau mau jadi ulama besar, jadilah tukang teler dulu hehehe  Yang benar, manusia bisa berubah karena peristiwa, pengalaman atau kejadian tertentu yang dialaminya. Maka belajarlah dari setiap pengalaman hidup kita, dan ambil hikmahnya, pastilah kita berubah menjadi manusia yang lebih baik.

1 komentar:

Tarbiyatun Nisaa mengatakan...

yes that's right...jangan putus asa untuk menjadi orang baik, tiada kata akhir, selama hidup masih di kandung badan...

Posting Komentar

 
 
 

lihat iklan, dapat duit !

 
Copyright © Sukses Dunia-Akhirat | Using Amoebaneo Theme | Bloggerized by Themescook | Redesign by Kang eNeS
Home | TOP