Banjir itu akhirnya datang juga
selalu begitu setiap tahun di musim penghujan
dan ketika musim masih kemarau kita tetap tak mau belajar
dari isyarat gunung yang kian gundul
hutan yang makin telanjang dan satwa yang mulai hilang
kesadaran kita selalu terlambat
selambat kita merawat ketulusan dan semangat berbagi
untuk anak-anak kita yang sekarang sudah lebih mengerti
alam yang kian rusak adalah cerminan pribadi kita
yang tak begitu perduli akan seperti apa bumi di masa depan
yang tak pernah mau tahu untuk apa sungai dan hutan diciptakan
hingga mereka pun tak lagi menganggap kita orang yang dituakan
tempat mereka meminta nasihat dan kearifan
Jangan salahkan mereka yang suka tawuran
jika kita tak memberikan keteladanan
jangan mencela apa yang mereka lakukan
karena mereka hanya meniru apa yang kita contohkan
bahkan di pelosok-pelosok yang jauh dari keramaian
dagelan politik dan perselingkuhan lebih menarik diperbincangkan
ketimbang pengajian yang kian kehilangan ruh
selain sekedar ritual mingguan
Banjir pun menerjang dari segala penjuru
entah apa yang tersisa kalau selama ini fikiran kita hanya terfokus pada hari ini
untuk sekedar mencari uang dan berebut simpati
lewat jargon-jargon semu yang sering kali cuma sekedar topeng
ketidakjujuran dan ambisi pribadi mengejar materi
kebohongan demi kebohongan makin kokoh bertahta
menggusur nilai-nilai kehidupan dan pertimbangan nurani
maka negeri ini pun kian kehilangan arah
lebih kapitalis ketimbang paman sam
bahkan lebih komunis dari pada china
Tuhan telah disingkirkan dari hampir semua lahan kegiatan
dan kemudian muncullah tuhan-tuhan kecil
berlabel kebebasan dan hak asasi manusia
akhirnya kita pun mempertuhankan diri sendiri
selalu begitu setiap tahun di musim penghujan
dan ketika musim masih kemarau kita tetap tak mau belajar
dari isyarat gunung yang kian gundul
hutan yang makin telanjang dan satwa yang mulai hilang
kesadaran kita selalu terlambat
selambat kita merawat ketulusan dan semangat berbagi
untuk anak-anak kita yang sekarang sudah lebih mengerti
alam yang kian rusak adalah cerminan pribadi kita
yang tak begitu perduli akan seperti apa bumi di masa depan
yang tak pernah mau tahu untuk apa sungai dan hutan diciptakan
hingga mereka pun tak lagi menganggap kita orang yang dituakan
tempat mereka meminta nasihat dan kearifan
Jangan salahkan mereka yang suka tawuran
jika kita tak memberikan keteladanan
jangan mencela apa yang mereka lakukan
karena mereka hanya meniru apa yang kita contohkan
bahkan di pelosok-pelosok yang jauh dari keramaian
dagelan politik dan perselingkuhan lebih menarik diperbincangkan
ketimbang pengajian yang kian kehilangan ruh
selain sekedar ritual mingguan
Banjir pun menerjang dari segala penjuru
entah apa yang tersisa kalau selama ini fikiran kita hanya terfokus pada hari ini
untuk sekedar mencari uang dan berebut simpati
lewat jargon-jargon semu yang sering kali cuma sekedar topeng
ketidakjujuran dan ambisi pribadi mengejar materi
kebohongan demi kebohongan makin kokoh bertahta
menggusur nilai-nilai kehidupan dan pertimbangan nurani
maka negeri ini pun kian kehilangan arah
lebih kapitalis ketimbang paman sam
bahkan lebih komunis dari pada china
Tuhan telah disingkirkan dari hampir semua lahan kegiatan
dan kemudian muncullah tuhan-tuhan kecil
berlabel kebebasan dan hak asasi manusia
akhirnya kita pun mempertuhankan diri sendiri
0 komentar:
Posting Komentar