Indonesiaku Sayang

Jumat, 19 Februari 2010

Terdengar suara telapak kaki melangkah perlahan-lahan
malam yang gerimis dan sunyi menyergap gelap
siapakah yang datang selarut ini sambil mengendap-endap
mencari-cari celah dan menjulurkan kepala
melihat dari jauh apa yang bisa dirampok dari rumahku
setelah semua barang kugadaikan
membayar utang dan bunganya yang mencekik leher
hingga anak cucuku tetap saja kebagian beban
sementara sang pemberi pinjaman tersenyum senang
gelondongan kayu hutan, minyak bumi dan barang tambang
jaminan jika apa yang sudah mereka miliki takkan berkurang
meski menteri dan presiden datang silih berganti
partai-partai politik saling berebut simpati dan menebar janji
kekayaan bangsaku tetap saja mengalir ke luar negeri
lewat perdagangan bebas dan lobi-lobi yang dipaksakan
   
Aku terperangah negaraku telah berpindah tangan
Ini memang rumahku tapi bukan aku yang berkuasa
tanah airku tapi tanah dan airnya bukan aku yang menentukan
Apa lagi yang tersisa dari bumi yang dipijak
jika bukan kebanggaan bahwa aku adalah pewaris kemerdekaan
merah putihku berkibar dan burung garudaku terbang menembus awan
melintasi pulau-pulau yang kini satu per satu hilang dicuri orang
sampai akhirnya terpaksa ia hinggap di pucuk pohon yang tak lagi miliknya
sementara para pemimpin negeri ini bertarung dan berkelahi
bukan untuk rakyatnya tapi sekedar mempertahankan ambisi
agar kekuasaan tak lagi lepas dan hak-hak istimewanya tetap terkendali
karena yang penting adalah siapa mendapatkan apa
pada proses pemilihan yang membodohi dan menisbikan hati nurani
Ya Tuhan.. aku merindukan kehadiran sang nabi
damba natsir, buya hamka, hatta dan burhanudin harahap
pada semangat perlawanan soekarno
ketulusan syafrudin prawiranegara dan kejeniusan habibi
pada kerjernihan fikiran nasution serta ketegaran sikap diponegoro
sebab peluang menjadi bangsa yang besar adalah potensi diri
selama kita jujur, punya fikiran bersih dan kebeningan hati
hingga rumah ini kembali jadi milikku
dan anak cucuku bisa kembali merajut mimpi
bersahaja tapi bermartabat   

1 komentar:

eNeS mengatakan...

Puisi yang menggugah. Semoga bangsa ini segera sadar dan kembali bangkit.
Semoga generasi mendatang akan memunculkan nasition-nasution baru, melahirkan diponogoro-diponogoro baru, amien...

Dengan bertambah kerennya blog ini, semoga semakin smangat ngeblog dan berbagi pengetahuan di dunia maya. Amien...

Gud lah!

Posting Komentar

 
 
 

lihat iklan, dapat duit !

 
Copyright © Sukses Dunia-Akhirat | Using Amoebaneo Theme | Bloggerized by Themescook | Redesign by Kang eNeS
Home | TOP