Ketika iklan film ini dimuat di koran-koran dan ditampilkan di televisi, tak urung timbul juga keinginan untuk menontonnya. Kebetulan pas saya sedang di bandung, akhirnya bisa juga nonton bareng keluarga. Adegan pertama dibuka dengan munculnya rombongan kampanye Jasmerah, dan seterusnya, muncullah berbagai adegan lain yang terbungkus dalam slogan : berpolitik demi kekuasaan semata. Tampaknya film ini diilhami oleh situasi politik yang kacau balau, penuh intrik
dan sikap saling menghujat serta mencari kelemahan kehidupan pribadi para calon bupati yang siap bertarung dalam pilkada. Persis hingar bingar perpolitikan nasional yang jauh dari etika dan norma-norma politik yang sehat. Dalam puncak kegiatan akhir kampanyenya, ibu Patiwa (salah seorang calon bupati) yang baru usai berkampanye mengalami peristiwa penembakan sampai akhirnya ia harus dioperasi dan dirawat di sebuah rumah sakit. Dan sebagai tanda operasinya berhasil, sang calon harus mengeluarkan KENTUT..! Dari sinilah segala macam kekonyolan politik dipertontonkan. Banyak adegan yang mengundang tawa penonton meski tak sedikit yang kadang tidak logis.
Sayang sekali film ini tidak tuntas mengupas kebusukan politik itu, sehingga kasus penembakan ibu cabup hanya sekedar riak kecil dalam sebuah samudera perpolitikan : siapa yang menembak, siapa pelaku dan otak di belakang persitiwa itu, sama sekali tak disentuh. Bahkan terasa amat aneh dalam peristiwa sebesar itu tak ada seorang pun polisi yang terlibat. Mungkin sang sutradara ingin menegaskan : dalam banyak peristiwa politik dan sosial, ketika rakyat membutuhkan polisi, ternyata mereka tidak ada....
Jika ingin sekedar menghibur diri dan menertawakan politisi kita, film ini rasanya cukup lumayan. Tapi jika kita ingin menggali lebih dalam asal muasal sikap politik yang tak beretika sebagaimana kini banyak dipertontonkan para politisi kita, film ini belum apa-apa. Ya seperti kentut : baunya menyebar tapi siapa yang membuangnya, tak seorang pun mau mengaku
dan sikap saling menghujat serta mencari kelemahan kehidupan pribadi para calon bupati yang siap bertarung dalam pilkada. Persis hingar bingar perpolitikan nasional yang jauh dari etika dan norma-norma politik yang sehat. Dalam puncak kegiatan akhir kampanyenya, ibu Patiwa (salah seorang calon bupati) yang baru usai berkampanye mengalami peristiwa penembakan sampai akhirnya ia harus dioperasi dan dirawat di sebuah rumah sakit. Dan sebagai tanda operasinya berhasil, sang calon harus mengeluarkan KENTUT..! Dari sinilah segala macam kekonyolan politik dipertontonkan. Banyak adegan yang mengundang tawa penonton meski tak sedikit yang kadang tidak logis.
Sayang sekali film ini tidak tuntas mengupas kebusukan politik itu, sehingga kasus penembakan ibu cabup hanya sekedar riak kecil dalam sebuah samudera perpolitikan : siapa yang menembak, siapa pelaku dan otak di belakang persitiwa itu, sama sekali tak disentuh. Bahkan terasa amat aneh dalam peristiwa sebesar itu tak ada seorang pun polisi yang terlibat. Mungkin sang sutradara ingin menegaskan : dalam banyak peristiwa politik dan sosial, ketika rakyat membutuhkan polisi, ternyata mereka tidak ada....
Jika ingin sekedar menghibur diri dan menertawakan politisi kita, film ini rasanya cukup lumayan. Tapi jika kita ingin menggali lebih dalam asal muasal sikap politik yang tak beretika sebagaimana kini banyak dipertontonkan para politisi kita, film ini belum apa-apa. Ya seperti kentut : baunya menyebar tapi siapa yang membuangnya, tak seorang pun mau mengaku
0 komentar:
Posting Komentar