Muhammad Natsir : sang penjaga keutuhan NKRI

Minggu, 23 Mei 2010

Indonesiaku adalah sepenggal surga yang diciptakan Allah di muka bumi. Demikian kaya dengan sumber daya alam dan hayati. Beraneka warna dengan demikian banyaknya suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dengan penduduk yang diperkirakan berjumlah 240 juta orang dan kekayaan budaya yang luar biasa tentulah negeriku ini berpotensi menjadi negara maju dan kuat, bisa menjadi kompetitor berat bagi negara lain. Jika saja nilai-nilai yang terangkum dalam Bhineka Tunggal Ika difahami, keanekaragaman suku dan budaya yang ada bisa menjadi push factor untuk kemajuan dan masa depan negeri ini. Beruntunglah NKRI tetap utuh, meski tak sedikit yang mencoba untuk memecahbelahnya.

Nah, berkaitan dengan NKRI itulah ingatanku kembali melayang kepada sosok negarawan yang amat santun, sederhana dan punya integritas (sesuatu yang pada masa kini demikian sulit didapatkan dari para politisi kita), beliau adalah Muhammad Natsir.
Aku pernah bertemu beliau ketika berkunjung ke pesantren ibuku di Bogor, Pesantren Puteri
Tarbiyyatun Nisaa,
bersama-sama pa AM Saefudin. Kesanku pada beliau : demikian lemah lembut, sederhana, tapi penuh perhatian terhadap masalah-masalah keumatan. Baru kemudian aku tahu, beliau adalah orang yang amat berjasa bagi keutuhan NKRI. Lho, benarkah begitu ?
Indonesia pernah terjebak menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) dari tanggal 27 Desember
1949 sampai 17 Agustus 1950 (kurang dari satu tahun). Bentuk negara RI berubah dari asal
negara kesatuan menjadi negara federal di mana propinsi-propinsi yang ada menjadi negara-
negara bagian. Perubahan bentuk negara ini membawa dampak yang akan membahayakan masa depan Indonesia karena Belanda memanfaatkannya untuk kembali membangkitkan semangat kedaerahan,  sukuisme atau provinsialisme. Pada waktu itu sejumlah daerah ingin memisahkan diri dan membentuk negara sendiri.
Sadar akan bahaya yang mengancam, maka umat Islam melalui alim ulamanya segera bertindak.  Organisasi-organisasi Persatuan Islam (Persis), Nahdhatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Tarbiyatul Islamiyah, Al Irsyad, Jami'atul Washliyah dan organisasi-organisasi masa kaum muslimin lainnya, dipimpin langsung oleh para ulama, mendatangi Muhammad Natsir yang waktu itu menjadi Perdana Menteri untuk segera mengembalikan Indonesia ke NKRI. Natsir yang pada saat itu menjabat Ketua Umum Partai Masyumi, dikenal luas sebagai intelektual, politikus dan ulama yang diberi amanah menjadi PM sadar betul, kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan ummat selama ratusan tahun, dimulai sejak dari Dipati Unus (Mataram), Sultan Babullah dan Sultan Hairun di Maluku, dan tokoh-tokoh pejuang lainnya sampai masa pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada tahun 1949. Karena itulah pada tanggal 17 Agustus 1950, Muhammad Natsir mengeluarkan Mosi Integral yang menyatakan Indonesia kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tindakan dan langkah politik yang menyelamatkan Indonesia ini dilakukan Natsir sebagai
jawaban atas munculnya gerakan-gerakan separatis seperti Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang dipimpin Westerling di Bandung, pemberontakan KNIL Andi Azis di Makasar, dan Republik Maluku Selatan Soumokil di Ambon yang didalangi bule Belanda Van Mook, serta sebagai jawaban atas Proklamasi Negara Islam Indonesia pada 17 Agustus 1949 oleh SM Kartosuwiryo. Akhirnya kembalilah Indonesia ke NKRI, dan Muhammad Natsir adalah tokoh kuncinya.
Lalu apa kesimpulan dari sepenggal kisah ini ? Bagi umat Islam, NKRI adalah hasil perjuangan
mereka. Tak akan pernah ada seorang muslim pun yang mau menghancurkan NKRI karena itu berarti menghianati perjuangan umat Islam terdahulu. Mereka berjuang merebut dan mempertahankan negeri ini sebagai wujud ibadah mereka kepada Allah. Nah, jika NKRI diklaim oleh kelompok tertentu, atau oleh parpol tertentu, malah slogannya pun NKRI harga mati, aku hanya tersenyum dan berkata, "betapa dangkalnya pemahaman mereka akan sejarah bangsanya". Mempolitisir salah satu jasa terbesar umat Islam mempertahankan NKRI demi keuntungan politiknya. Rendah nian kalau cuma itu tujuannya. Ingatlah perkataan Dr. Setiabudi (Douwes Dekker), "jika tidak karena sikap dan semangat perjuangan para ulama, sudah lama patriotisme di kalangan bangsa kita mengalami kemusnahan."
Ingatanku kembali melayang kepada Muhammad Natsir. Lalu kupanjatkan do'a, semoga amal ibadah beliau dan para ulama yang telah berjuang merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan ini diterima Allah SWT. Menjadi bekal kepulangan mereka ke haribaan-Nya. Lalu apa yang sudah kita lakukan selama ini? 
   

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 

lihat iklan, dapat duit !

 
Copyright © Sukses Dunia-Akhirat | Using Amoebaneo Theme | Bloggerized by Themescook | Redesign by Kang eNeS
Home | TOP