Balada Petani Desa

Senin, 21 Desember 2009

Maka burung-burung pun terbanglah dari sayapnya
ketika deru mesin gergaji tanda prahara
tumbangkan pohon dan membunuh anak-anak mereka
tak ada yang tersisa dari harimau jawa
selain tinggal namanya
monyet-monyet berlarian mencari suaka
elang mati kelelahan tak tahu mesti hinggap dimana
ular mati kelaparan tak tahu mesti makan apa
selain memangsa sesamanya atau dimangsa manusia
capung-capung mulai langka
kupu-kupu si rama-rama entah ada atau sudah tak ada
semantara di sawah tikus-tikus berpesta pora
memakan padi menggerogoti akar-akarnya

merekalah sekarang yang menjadi raja
beranak-pinak bercucu-cicit tanpa kendala
jika lapar makanan selalu tersedia
Maka para petani bingung berputusasa
tak tahu harus bertindak apa dan bagaimana
ketika hasil panen mereka hanya sekedar seadanya
tetapi pupuk tetap saja mahal harganya
sedangkan gabah mereka jual tak seberapa
mau pinjam modal tapi pada siapa
kecuali kaum tengkulak yang selalu tebar pesona
seperti mau menolong tapi malah menyiksa raga
banting tulang sepanjang musim menguras tenaga
dan pada saat menuai jumlah utang berlipat ganda
hingga akhirnya mereka kehilangan selera
mewariskan tradisi tani pada sanak keluarga
hingga sawah ladang dan kebun makin merana
karena anak-anak mereka lebih senang pergi ke kota
mengadu nasib mencari kerja

Sukabumi, 18 desenber 2009

1 komentar:

eNeS mengatakan...

Puisi yang bagus: menyentuh dan kritis...

Posting Komentar

 
 
 

lihat iklan, dapat duit !

 
Copyright © Sukses Dunia-Akhirat | Using Amoebaneo Theme | Bloggerized by Themescook | Redesign by Kang eNeS
Home | TOP